Selasa, 25 Januari 2011

Pertanggungjawaban Manusia Kepada Allah


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan manusia agar hidup berdasarkan asas-asas agama dengan kerelaan hati dan dengan khusyuk:

أَيَّاماً مَّعْدُودَاتٍ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْراً فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ وَأَن تَصُومُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

“...... Barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebaikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.. Al-Baqarah[2]: 184).

حَافِظُواْ عَلَى الصَّلَوَاتِ والصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُواْ لِلّهِ قَانِتِينَ

“Peliharalah segala shalatmu, dan peliharalah shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 238).

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتاً لِلّهِ حَنِيفاً وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (Q.S. An-Nahl[16]: 120).

Sebagaimana dapat difahami dari ayat-ayat di atas, Allah memerintahkan umat manusia agar mengerjakan semua shalatnya dengan khusyuk. Di samping mengerjakan shalat, puasa, bersedekah, atau amal saleh lainnya, yang sesungguhnya sangat penting bagi seseorang adalah niatnya.

Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan kita tentang keadaan sebagian orang yang mengerjakan shalat atau yang menginfakkan hartanya hanya untuk pamer. Kemungkinan orang seperti ini tidak mengingat Allah, tidak bersikap khusyuk dan khudhu’ di hadapan Allah dalam shalatnya, tetapi shalatnya hanya bersifat ritual saja.

Mungkin seseorang secara lahiriah tampak melakukan kedermawanan, menyumbang sekolah, atau membantu orang miskin. Tetapi jika hal itu tidak dikerjakan untuk mencari ridha Allah, tidak menyadari kelemahannya, tidak merasa memerlukan Allah, tidak takut terhadap akhirat, amalan-amalan ini tidak akan diterima Allah. Allah menjelaskan kepada kita bahwa darah binatang kurban contohnya, sesungguhnya tidak sampai kepada-Nya, akan tetapi ketakwaan hamba yang melaksanakannyalah yang sampai:

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-Hajj[22]: 37).

Di antara kesalahan-kesalahan besar yang banyak dijumpai adalah bahwa manusia menganggap mereka hanya akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan mereka saja. Padahal, Allah memberitahu kita bahwa manusia akan dimintai tanggungjawab tidak saja perbuatan, akan tetapi termasuk juga niatnya, pikirannya, bahkan apa-apa yang pernah tersimpan jauh di dalam lubuk hatinya!

لِّلَّهِ ما فِي السَّمَاواتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَإِن تُبْدُواْ مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Kepunyaan Allah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatan itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.s. Al-Baqarah[2]: 284).

Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati seseorang, apa yang ada di dalam alam bawah sadarnya, apa yang dipikirkannya, dan apa yang disembunyikannya dari orang lain. Allah menengahi antara seseorang dan hatinya. Dengan demikian, manusia tidak mungkin menyembunyikan apap pun dari Allah. Keraguan yang terlintas dalam hati, bisikan-bisikan setan, keimanannya kepada Allah, terhadap Al-Qur’an, dan apa pun yang terlintas dalam hatinya ketika sedang shalat. Seluruh hal itu diketahui oleh Allah, dan semuanya ada dalam catatan-Nya. Allah mengetahui ketika seseorang mengerjakan shalat dengan rasa enggan atau saat pikirannya mengalami pertentangan. Dan manusia akan menjumpai semuanya itu pada Hari Akhir nanti.

Membersihkan hati, menjalani hidup berdasarkan agama dan dalam mengamalkannya tidak hanya bersifat ritual tetapi dengan ikhlas dan penuh kekhusyukan, semua ini merupakan jalan untuk mencapai keselamatan. Betapa bodohnya mengabaikan kehidupan yang abadi dan hakiki hanya untuk mengejar kehidupan yang singkat dan sementara. Di bawah ini diketengahkan beberapa ayat, yang di dalamnya Allah mengingatkan manusia tentang singkatnya kehidupan di dunia:

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (Q.S. Al-Mu'min[40]: 39).

إِنَّ هَؤُلَاء يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءهُمْ يَوْماً ثَقِيلا

“Sesungguhnya mereka menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak mempedulikan hari yang berat.” (Q.S. Al-Insan[76]: 27).


0 Komentar:

Posting Komentar