Minggu, 11 Juli 2010

Mengapa Harus Berdebat?



Allah Subhanahuwata'ala berfirman:

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri."
(QS. Al-Ankabut [29]: 46).


وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولا

"Dan janganlah engkau ikuti apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati semuanya itu akan ditanya." (QS Al-Isra' [17]: 36).


لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدمِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(QS. Al-Baqarah [2]: 256]

ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ"

"Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya."
(QS. Maryam [19]:34)

Firman-firman Allah Subhanahuwata'ala di atas, dan masih banyak firman-Nya yang lain, mengisyaratkan kepada kita bahwa berdebat perihal agama, terutama tentang ajaran Islam, pada dasarnya tidak dianjurkan. Apalagi bila pengetahuan kita sendiri tentang hal-hal yang diperdebatkan itu tidak mencukupi.

Namun sebagaimana sama-sama kita perhatikan, dengan semakin majunya teknologi informasi seperti melalui internet misalnya, belakangan ini banyak sekali kita temui situs-situs yang memprovokasi perdebatan terbuka antara umat Muslim dan non-Muslim (khususnya Kristian dan para Murtadun) hingga acapkali perdebatan itu pada akhirnya berubah menjadi ajang saling menghujat antar agama dan keyakinan.

Secara terang-terangan pula para pelaku ini saling melecehkan ayat-ayat suci yang disampaikan Allah Subhanahuwata'ala melalui para nabi dan rasul-Nya sampai pada taraf sangat memprihatinkan, bahkan patut untuk dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas.

Ironisnya, banyak umat Muslim yang terlibat dalam kancah ini tidak sepenuhnya menyadari bahwa diam-diam sebenarnya mereka telah 'terpancing' mengikuti kemauan orang-orang, oknum, atau fihak-fihak di belakang layar yang memiliki agenda besar untuk mendiskreditkan agama Islam dengan cara menunjukkan kepada dunia betapa tidak santunnya pemeluk Islam, dan betapa buruknya ajaran Islam itu sebagai agama.

Usaha ini tentu saja menjadi sangat mudah bagi mereka, sebab 'kecerobohan' sekelompok kecil umat Muslim tadi telah memberi mereka (yang sama sekali tidak jelas siapa dan apa keyakinannya itu) kesempatan untuk memiliki rekaman tertulis tentang perdebatan, penghujatan, dan penghinaan terhadap agama lain yang dilakukan oleh sebagian kecil (yang dalam konteks ini, tentu saja, tidak boleh dianggap mewakili seluruh) umat Muslim yang merasa 'tersinggung' oleh provokasi sang oknum, yang oleh karenanya merasa perlu angkat bicara atas nama pembela kehormatan agama Islam.

Tapi, tunggu dulu! Apakah pembelaan dengan cara-cara serupa itu dibenarkan oleh ajaran Islam? Jika iya, adakah dalil-dalil yang mendukungnya?
Jika tidak?

MENGAPA HARUS BERDEBAT?
Kecuali terpaksa dan harus pula dengan cara-cara yang sangat baik, Allah Subhanahuwata'ala secara tegas telah melarang umat Muslim untuk berdebat tentang agama dengan ahli kitab (pengikut ajaran kitab-kitab Allah), bahkan mengingatkan konsekuensi yang niscaya kelak akan dihadapinya di akhirat, terutama bila sang pelaku tidak memahami secara paripurna apa yang diperdebatkannya itu.

Jika tokh, harus berdebat, maka yang menjadi tugas utama sesungguhnya hanyalah pertama; menyampaikan pesan bahwa umat Muslim juga mengimani kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka (para ahli kitab), dan kedua; menyerukan bahwa Tuhan setiap makhluk - tanpa membedakan dzat, agama, dan keyakinannya - adalah Tuhan yang sama, yakni Allah Subhanahuwata'ala, satu-satunya Tuhan kepada siapa setiap makhluk di seluruh jagad raya ini sudah sepatutnya tunduk, patuh, dan berserah diri.

Sedangkan jika perdebatan dimaksud untuk 'memaksakan' keyakinan Islam kepada umat lain dengan tujuan agar pada akhirnya mereka beralih memeluk agama Islam; bukankah dengan cukup jelas Allah Subhanahuwata'ala telah pula mengingatkan bahwa tidak ada paksaan (dalam arti yang seluas-luasnya) kepada siapapun untuk memeluk agama Islam?

Lalu jika tujuannya semata-mata hanya - dan tiada lain daripada - untuk da'wah; maka berdebat, tentu saja, tetap bukan pilihan yang baik. Sebab kita semua tahu bahwa perdebatan, walau bagaimanapun pada akhirnya akan meninggalkan perasaan suka dan tidak suka bagi masing-masing pelakunya. Dan perlu pula disadari bahwa Allah Subhanahuwata'ala tidak menyukai hal ini.

Kita tahu bahwa Islam adalah agama rahmatan lil' alamin - agama tauhid yang membawa rahmat bagi alam semesta. Namun kita juga tahu bahwa kenyataan ini telah berabad-abad lamanya diingkari oleh fihak-fihak tertentu yang - baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi - berusaha keras menjauhkan umat manusia dari ajaran hakiki Islam melalui berbagai bentuk propaganda anti-Islam yang juga kita kenal sebagai Islamophobia.

Situs-situs internet yang mempertentangkan dan menyerang ajaran Islam seperti di atas contohnya, adalah sesuatu yang tidak seharusnya disikapi dengan cara-cara ofensif (karena memang itulah tujuan utama mereka). Tapi sebaiknya dengan santun berdasarkan akhlak Qur'ani sebagaimana telah diisyaratkan oleh ajaran Islam sendiri.

Pertahanan terbaik menghadapi serangan situs-situs anti-Islam seperti di atas adalah dengan membangun dan mengembangkan situs-situs yang menyajikan sebanyak mungkin informasi tentang Islam dengan cara-cara yang indah, baik, dan benar. Sampaikanlah ajaran Islam seperti apa adanya. Sebab banyak orang di luar sana yang mulai tertarik untuk mempelajari Islam, dan semakin banyak pula yang beralih ke internet untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri tentang Islam. Boleh jadi mereka akan mengunjungi situs kita dan bila Allah menghendaki, boleh jadi pula mereka akan mendapat hidayah dan beralih menjadi Muslim sejati karenanya.

Di samping itu, saudara-saudara sesama umat muslim dapat pula memanfaatkan situs dimaksud guna memperoleh informasi yang mereka perlukan, seperti untuk da'wah atau sekedar referensi bagi diri sendiri. Dan Insya Allah pula, mudah-mudahan Allah berkenan membalas setiap jerih payah yang dilakukan oleh siapa saja yang dengan sepenuh hati berusaha untuk memelihara situs-situs da'wah tersebut. Bahkan jika kita tidak dapat membangun sebuah situs web sekalipun, setidaknya kita masih dapat mengirimkan artikel-artikel penting dan berguna ke situs-situs amanah yang kita percaya untuk kemudian mereka publikasikan. Dengan demikian, bukankah semua fihak akan dapat memperoleh manfaat berharga dari sumbangsih yang diberikan itu?

Mengapa harus berdebat jika sesungguhnya kita dapat berbuat lebih baik dari itu?

Wallahualam Bissawab!

Salam,
GM

0 Komentar:

Posting Komentar