Rabu, 26 Januari 2011

23.13 - 1 comment

Allah Mengabulkan Doa Setiap Hamba-Nya



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Allah Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang, telah berfirman dalam Al-Qur’an bahwa Dia dekat dengan manusia dan akan mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa kepada-Nya. Salahsatu ayat yang mejelaskan hal ini adalah:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah[2]: 186).

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, Allah itu dekat kepada setiap orang. Dia Maha Mengetahui keinginan, perasaan, pikiran, kata-kata yang diucapkan, bisikan, bahkan apa saja yang tersembunyi di dalam hati setiap orang. Dengan demikian, Allah Mendengar dan Mengetahui setiap orang yang menghadap dan berdoa kepada-Nya. Inilah karunia Allah kepada manusia sekaligus sebagai wujud dari sifat kasih, sayang, rahmat, dan kekuasaan-Nya yang tiada terbatas.

Allah memiliki kekuasaan dan pengetahuan yang tiada batas. Dialah Pemilik segala sesuatu di seluruh alam semesta. Setiap makhluk, setiap benda, dari orang-orang yang tampaknya paling kuat hingga orang-orang yang sangat lemah, dari yang sangat kaya hingga termiskin, dari binatang-binatang yang sangat besar hingga yang sangat kecil, semuanya milik Allah dan semuanya berada dalam genggam kekuasaan, kehendak, dan pegaturan-Nya yang mutlak.

Seseorang yang beriman pada kebenaran ini dapat berdoa kepada Allah mengenai apa saja dan boleh berharap bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya. Misalnya, seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk melakukan berbagai macam pengobatan. Namun bila ia menyadari bahwa hanya Allah yang dapat memberikan kesehatan, maka ia pun akan berdoa kepada-Nya untuk memohon kesembuhan.

Demikian pula dengan orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan, mereka dapat berdoa kepada Allah agar terbebas dari ketakutan dan kecemasan itu. Seseorang yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya dapat berpaling dan memohon pertolongan Allah untuk mengatasi kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya; seperti memohon bimbingan menuju jalan yang benar, agar dimasukkan ke dalam surga bersama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga, neraka, kekuasaan Allah, dan lain sebagainya. Hal ini ditekankan oleh Rasulullah SAW dalam salahsatu sabdanya:

“Maukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu dari kejahatan musuh dan agar rezekimu bertambah?” Mereka berkata, “Tentu saja wahai Rasulullah.” Maka beliau bersabda, “Serulah Tuhanmu siang dan malam, karena do'a itu merupakan senjata bagi orang yang beriman.”

Kendati demikian, masih ada rahasia lain di balik apa yang telah diungkapkan di atas, yang dalam konteks ini perlu kiranya lebih jauh difahami sebagaimana firman Allah:

وَيَدْعُ الإِنسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُو

“Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu tergesa-gesa.”
(QS. Al-Isra[17]:11).

Tidak setiap doa yang dipanjatkan oleh manusia itu bermanfaat. Misalnya seseorang memohon kepada Allah agar diberi harta dan kekayaan yang melimpah untuk kepentingan anak-anaknya kelak. Akan tetapi Allah tidak melihat kebaikan di dalam doanya itu. Yakni, bahwasanya kekayaan yang melimpah justru akan memalingkan wajah anak-anak tersebut dari Allah. Dalam hal ini, Allah mendengar doa orang tersebut, menerimanya sebagai amal ibadah, dan mengabulkannya dengan cara-cara terbaik menurut kehendak-Nya.

Contoh lain, seseorang berdoa agar tidak terlambat hadir dalam sebuah perjanjian. Namun Allah mengetahui bahwa adalah lebih baik baginya tiba di tujuan setelah lewat waktu yang ditentukan. Sebab dengan begitu ia akan bertemu seseorang yang dapat memberinya sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kehidupannya kelak.

Karena Allah mengetahui hal-hal seperti ini, maka Dia mengabulkan doa bukan berdasarkan apa yang dipikirkan atau diharapkan oleh seorang hamba, melainkan dengan cara-cara terbaik yang ditentukan-Nya. Artinya, Allah mendengar doa orang itu, tetapi jika Dia tidak melihat adanya kebaikan dalam doa itu, maka sebagai gantinya Dia akan memberikan apa yang terbaik bagi orang itu, atau bahkan sebaliknya. Hal ini, tentu saja, merupakan rahasia yang sangat penting untuk difahami oleh setiap manusia.

Ketika (menurut pandangan manusia) doa tidak dikabulkan, kebanyakan orang tidak menyadari akan hakikat rahasia ini. Mereka mengira bahwa Allah tidak mendengar doa mereka. Sesungguhnya hal ini merupakan keyakinan orang-orang bodoh yang sesat. Padahal seperti firman Allah:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (QS. Qaf[51]: 16).

Dia Maha Mengetahui perkataan apa saja yang diucapkan, dipikirkan, dan peristiwa apa saja yang dialami seseorang. Bahkan ketika seseorang tertidur, Allah mengetahui apa yang ia alami dalam mimpinya. Allah adalah Yang menciptakan segala sesuatu. Oleh karena itu, kapan saja seseorang berdoa kepada Allah, ia harus menyadari bahwa Allah akan menerima doanya pada saat yang paling tepat dan akan memberikan apa yang (sesungguhnya) terbaik baginya.

Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan karunia Allah yang sangat berharga bagi manusia, karena melalui doa, Allah akan memberikan kepada manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan bermanfaat bagi diri manusia. Allah menyatakan pentingnya doa sebagaimana firman-Nya:
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَاماً

“Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu).”
(QS. Al-Furqaan[25]: 77)

Doa adalah saat-saat ketika kedekatan seseorang dengan Allah dapat dirasakan. Sebagai hamba Allah, seseorang sangat memerlukan Dia. Hal ini karena ketika seseorang berdoa, ia akan menyadari betapa lemah dan hina dirinya di hadapan Allah, dan ia menyadari bahwa tak seorang pun yang dapat menolongnya kecuali Allah.

Keikhlasan dan kesungguhan seseorang dalam berdoa tergantung pada sejauh mana ia merasa memerlukan. Misalnya, setiap orang berdoa kepada Allah untuk memohon keselamatan di dunia dan akhirat. Namun, orang yang merasa putus asa di tengah-tengah medan perang akan berdoa lebih sungguh-sungguh dan dengan berendah diri di hadapan Allah. Demikian pula, ketika terjadi badai yang menerpa sebuah kapal atau pesawat terbang sehingga terancam bahaya, orang-orang akan memohon kepada Allah dengan berendah diri. Mereka akan ikhlas dan berserah diri dalam doanya. Firman Allah menyangkut keadaan serupa ini:

قُلْ مَن يُنَجِّيكُم مِّن ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً لَّئِنْ أَنجَانَا مِنْ هَـذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

“Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lembut: ‘Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-An‘am[6]: 63).

Di dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan manusia agar berdoa dengan merendahkan diri:

ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِين

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesung-guhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A‘raf[7]: 55).

Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia mengabulkan doa orang-orang yang teraniaya dan orang-orang yang berada dalam kesusahan:

أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاء الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُون

“Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain Allah? Sedikit sekali kamu yang memperhatikannya.” (QS. An-Naml[27]: 62).

Tentu saja orang tidak harus berada dalam keadaan bahaya ketika berdoa kepada Allah. Contoh-contoh ini diberikan agar kita dapat memahami maknanya sehingga dapat berdoa dengan ikhlas seraya merenungkan saat kematian, ketika seseorang tidak lagi lalai sehingga dapat menghadapkan dirinya kepada Allah dengan keikhlasan yang dalam. Sementara itu, orang-orang yang beriman, yang dengan sepenuh hati berbakti kepada Allah, selalu menyadari kelemahan dan kekurangan diri mereka serta selalu berpaling kepada Allah dengan ikhlas, sekalipun mereka tidak berada dalam keadaan bahaya. Ini merupakan ciri penting yang membedakan mereka dengan orang-orang kafir dan orang-orang yang lemah imannya.

Seseorang dapat memohon apa saja kepada Allah asalkan halal. Hal ini karena sebagaimana telah disebutkan terdahulu, Allah adalah satu-satunya penguasa dan pemilik seluruh alam semesta; dan jika Dia menghendaki, maka Dia dapat memberikan kepada manusia apa saja yang diinginkan. Setiap orang yang menghadapkan diri kepada Allah dan berdoa kepada-Nya, haruslah meyakini bahwa Allah berkuasa melakukan apa saja dan hendaknya bersungguh-sungguh dalam berdoa sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Ia perlu mengetahui bahwa mudah saja bagi Allah untuk memenuhi keinginan apa saja, dan Dia akan memberikan apa saja yang diminta oleh seseorang jika di dalam doa tersebut terdapat kebaikan bagi si peminta. Doa-doa para nabi dan orang-orang beriman yang disebutkan dalam Al-Qur’an merupakan contoh bagi orang-orang beriman menyangkut hal-hal yang dapat mereka mohon kepada Allah. Misalnya, Nabi Zakaria a.s. berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang diridhai, dan Allah pun mengabulkan doanya, meskipun istrinya mandul.

إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاء خَفِيّاً قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْباً وَلَمْ أَكُن بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيّاً
وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِن وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِراً فَهَبْ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّاً يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيّاً

“Yaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya‘qub; dan jadikanlah ia ya Tuhanku, seorang yang diridhai.”
(QS. Maryam[19]: 3-6).

Maka Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria dan memberikan kepadanya berita gembira tentang Nabi Yahya a.s.. Setelah menerima berita gembira tentang seorang anak laki-laki, Nabi Zakaria merasa heran karena istrinya mandul. Jawaban Allah kepada Nabi Zakaria menjelaskan tentang sebuah rahasia yang hendaknya selalu dicamkan dalam hati orang-orang yang beriman:

قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِراً وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيّاً قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِن قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئاً

“Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.’ Tuhan berfirman, ‘Demikianlah.’ Tuhan berfirman, ‘Hal itu mudah bagi-Ku, dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali.” (QS. Maryam[19]: 8-9)

Ada beberapa Nabi lainnya yang disebutkan dalam Al-Qur’an yang doa-doa mereka dikabulkan. Misalnya, Nabi Nuh a.s. memohon kepada Allah untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang tersesat meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga untuk membimbing mereka kepada jalan yang lurus. Sebagai jawaban dari doanya, Allah menimpakan azab besar kepada mereka yang dicatat dalam sejarah peradaban manusia.

Ketika ia sakit, Nabi Ayub a.s. menyeru Tuhannya seraya berkata:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“… Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS. Al-Anbiya[21]: 83).

Sebagai jawaban terhadap doa Nabi Ayub, Allah berfirman sebagai berikut:

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ

“Maka Kami pun mengabulkan doanya itu, lalu Kami hilangkan penyakit yang menimpanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. Al-Anbiya[21]: 84).

Allah mengabulkan [ermohonan Nabi Sulaiman a.s. yang berdoa:

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكاً لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (QS. Shad[38]: 35).

Maka Allah mengaruniakan kekuasaan yang besar dan kekayaan yang banyak kepadanya. Oleh karena itu, orang-orang yang berdoa hendaknya mencamkan baik-baik di dalam hatinya beberapa catatan berikut ini:

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah.’ Maka terjadilah ia." (QS. Yasin[36]: 82)

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, segala sesuatu itu sangatlah mudah bagi Allah dan Dia Maha Mendengar lagi Mengetahui setiap doa.

Allah memberi karunia di dunia ini bagi orang-orang yang menginginkannya, tetapi sangat boleh jadi di akhirat nanti mereka akan menjadi golongan orang-orang yang merugi.

Orang-orang yang tidak memiliki ketakwaan kepada Allah dalam hatinya, dan imannya sangat lemah terhadap kehidupan akhirat, hanyalah menginginkan keduniaan. Mereka meminta kekayaan, harta benda, dan kedudukan hanyalah untuk kehidupan di dunia ini. Allah memberi tahu kita bahwa orang-orang yang hanya menginginkan keduniaan tidak akan memperoleh pahala di akhirat. Tetapi bagi orang-orang yang beriman, mereka berdoa memohon dunia dan akhirat karena mereka percaya bahwa kehidupan di akhirat sama pastinya dan sama dekatnya dengan kehidupan dunia ini. Tentang ini, Allah mengingatkan kita melalui firman-Nya:

فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُواْ اللّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْراً فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاَ وِمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ أُولَـئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“ ..... Di antara manusia ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,’ dan tidak ada baginya bagian di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.’ Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. Al-Baqarah[2]: 200-202).

Orang-orang yang beriman juga berdoa memohon kesehatan, kekayaan, ilmu, dan kebahagiaan. Akan tetapi, semua doa mereka adalah untuk mencari keridhaan Allah dan untuk memperoleh kebaikan bagi agamanya. Mereka memohon kekayaan misalnya, agar dapat digunakan di jalan Allah.

Tentang hal ini, Allah memberikan contoh di dalam Al-Qur’an tentang Nabi Sulaiman yang jauh dari keinginan untuk memperoleh dunia. Doa Nabi Sulaiman meminta kekayaan adalah demi tujuan mulia untuk digunakan di jalan Allah. Untuk menyeru manusia kepada agama Allah, dan agar dirinya sibuk berdzikir kepada Allah. Kata-kata Nabi Sulaiman sebagaimana yang diceritakan dalam Al-Qur’an menunjukkan niatnya itu:

فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَن ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ

“Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik karena ingat kepada Tuhanku.” (QS. Shad[38]: 32).

Maka Allah mengabulkan doa Nabi Sulaiman a.s. dengan mengaruniakan kepadanya kekayaan yang sangat banyak di dunia dan ia akan memperoleh pahala di akhirat. Dalam pada itu, Allah juga mengabulkan keinginan orang-orang yang hanya menghendaki kehidupan dunia, namun azab yang pedih menunggu mereka di akhirat. Keuntungan yang telah mereka peroleh di dunia ini tidak akan mereka peroleh lagi di akhirat kelak. Kenyataan yang sangat penting ini ditegaskan Allah di dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ

“Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami akan memberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya bagian sedikit pun di akhirat."(QS. Asy-Syura[42]: 20).

مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاء لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُوماً مَّدْحُورا

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang, maka Kami segerakan baginya di dunia apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir." (QS. Al-Isra’: 18).


1 Komentar:

Assalamu'alaikum :) Terima kasih Infonya :)
Wassalam

Posting Komentar